Apa yang
terlintas dipikiran ketika kita mendengar kata DEPRESI ?
Yups, sebagian orang pasti akan mengatakan
depresi itu gila, gangguan jiwa, stress yang berat, ga’ waras dan lain sebagainya.
Pembaca yang
budiman, World Health Organization (WHO) dalam penelitiannya tahun 2000 memposisikan gangguan
depresif berada pada urutan keempat penyakit di dunia dan pada tahun 2020
diperkirakan jumlah penderita gangguan depresif semakin meningkat dan akan
menempati urutan kedua penyakit di dunia.
Kemudian,
bagaimana dengan Indonesia negeri kita tercinta ini? Indonesia dengan seabreg masalah yang membelitnya.
Masalah ekonomi, politik, pindidikan,
kesehatan, kemiskinan, bencana alam dan masih banyak lagi.
Menurut Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, Prevalensi masalah mental
emosional yakni depresi dan ansietas ada
sebanyak 11,60 persen dari jumlah penduduk
Indonesia atau sekitar 24.708.000 jiwa. Bukan sebuah rentetan angka yang
kecil.
Sahabat pembaca,
dalam kesempatan ini saya akan sedikit mengupas mengenai depresi. Salah satu
pokok pembahasan yang sangat menarik untuk dipelajari. Terlepas itu
berhubungan dengan pengalaman pribadi atau dialami orang-orang terdekat yang berada
disekitar saya, depresi dan seluk-beluknya merupakan suatu hal yang seharusnya
banyak diketahui oleh masyarakat luas. Karena begitu banyak disekitar kita
pemicu atau pencetus untuk terjadinya depresi. Dengan semakin banyaknya
pengetahuan mengenai depresi diharapkan kita bisa terhindar atau bisa menghandle jika suatu saat kita berada pada
situasi yang menyebabkan depresi itu harus terjadi.
Depresi
merupakan suatu gangguan alam perasaan (suasana hati atau mood) yang ditandai dengan perasaan sedih yang berlebihan, murung,
tidak bersemangat, merasa tidak berharga, merasa hidupnya hampa dan tidak ada
harapan, pemikirannya berpusat pada kegagalan dan kesalahan diri atau menuduh
diri, dan sering disertai iri dan pikiran bunuh diri. Penderita depresi sering
tidak berminat pada penampilan diri dan aktivitas sehari-hari.
Penyebab depresi
sangat kompleks, melibatkan factor genetic, biologis dan lingkungan dimana
factor-faktor tersebut bisa menyebabkan gangguan depresi baik secaca tunggal
maupun bersama-sama. Pasien depresi menunjukan adanya perubahan neutransmiter
otak antara lain : norefinefrin, 5-HT dan dopamine.
Walaupun belum
diketahui secara pasti, pada tingkat seperti apa ketidakseimbangan
neurotransmitter dapat mempengaruhi perasaan, namun ketidakseimbangan
neurotransmoter ini diketahui dapat disebabkan oleh bebrbagai hal, seperti di
bawah ini:
- Keturuna
- Kepribadian (berpikir negative, pesimis, kekhawatiran yang berlebihan, rendah diri dll.)
- Situasi / lingkungan (depresi postpartum)
- Kondisi medic ( penyakit jantung, stroke, DM, kanker, perimenopause, hipotiroidisme dll.)
- Penggunaan obat ( prednisone, antibiotic, obat tidur, pil KB dll.)
- Penyalahgunaan zat ( alcohol, drug dll.)
Gangguan
depresif ditandai dengan berbagai keluhan seperti kelelahan atau merasa menjadi
lamban, masalah tidur, perasaan sedih, murung, nafsu makan terganggu dapat
berkurang atau berlebih, kehilangan berat badan dan iritabilitas. Penderita
mengalami distorsi kognitif seperti mengkritik diri sendiri, timbul rasa
bersalah, perasaan tidak berharga dan putus asa.
Simptom
dapat digolongkan dalam kelompok terkait perubahan dalam cara pikir, perasaan
dan perilaku.
Ø Perubahan cara berpikir –
terganggunya konsentrasi dan pengambilan keputusan membuat seseorang sulit
mempertahankan memori jangka pendek, dan terkesan sebagai sering lupa. Pikiran
negatif sering menghinggapi pikiran mereka. Mereka menjadi pesimis, percaya
diri rendah, dihinggapi perasaan bersalah yang besar,
dan
mengkritik diri sendiri. Beberapa orang merusak diri sendiri sampai melakukan
tindakan bunuh diri atau membunuh orang lain.
Ø
Perubahan
perasaan – merasa sedih, murung, tanpa sebab jelas. Beberapa orang merasa tak
lagi dapat menikmati apa-apa yang dulu disenanginya, dan tak dapat merasakan
kesenangan apapun. Motivasi menurun dan menjadi tak peduli dengan apapun.
Perasaan seperti berada dibawah titik nadir, merasa lelah sepanjang waktu tanpa
bekerja sekalipun. Perasaan mudah tersinggung, mudah marah. Pada keadaan
ekstrim khas dengan perasaan tidak berdaya dan putus asa.
Ø
Perubahan
perilaku – ini merupakan cerminan dari emosi negatif. Mereka menjadi apatis.
Menjadi sulit bergaul atau bertemu dengan orang, sehingga menarik diri dari
pergaulan. Nafsu makan berubah drastis, lebih banyak makan atau sulit
membangkitkan keinginan untuk makan. Seringkali juga sering menangis berlebihan
tanpa sebab jelas. Sering mengeluh tentang semua hal, marah dan mengamuk. Minat
seks sering menurun sampai hilang, tak lagi mengurus diri, termasuk mengurus
hal dasar seperti mandi, meninggalkan tanggung jawab dan kewajiban baik pekerjaan
maupun pribadi. Beberapa orang tak dapat tidur, beberapa tidur terus.
Ø Perubahan Kesehatan Fisik –
dengan emosi negatif seseorang merasa dirinya tidak sehat fisik selama gangguan
depresif. Kelelahan kronis menyebabkan ia lebih senang berada di tempat tidur
tak melakukan apapun, mungkin tidur banyak atau tidak dapat tidur. Mereka
terbaring atau gelisah bangun ditengah malam dan menatap langit-langit. Keluhan
sakit dibanyak bagian tubuh merupakan tanda khas dari gangguan depresif.
Gelisah dan tak dapat diam, mondar-mandir sering menyertai. Gejala tersebut
berjalan demikian lama, mulai dari beberapa minggu sampai beberapa tahun,
dimana perasaan, pikiran dan perilaku berjalan demikian sepanjang waktu setiap
hari. Jika gejala ini terasa, terlihat dan teramati, maka sudah waktunya
membawanya untuk berobat, sebab gangguan depresif dapat diobati.
Gangguan
depresif dapat diobati dan dipulihkan melalui konseling/psikoterapi dan
beberapa diantaranya memerlukan tambahan terapi fisik maupun kombinasi
keduanya. Karena ada beberapa faktor yang saling berinteraksi untuk timbulnya
gangguan depresif, penatalaksanaan yang komprehensif sangat diperlukan. Jenis
terapi bergantung dari diagnosis, berat penyakit, umur penderita dan respon
terhadap terapi sebelumnya.
Apoteker
dengan pelayanan kefarmasiannya dapat berperan serta untuk mengindentifikasi
gejala gangguan depresif, memberikan konseling tentang terapi yang dipakai,
obat yang dikonsumsi, monitoring efek samping obat yang dikonsumsi penderita.
Sebagai
Apoteker perlu untuk mengetahui obat-obat antidepresan yang digunakan serta
tata laksana terapi depresi. Berikut merupakan antidepresan yang dapat
digunakan :
Nama
generic
|
Dosis
awal (mg/hari)
|
Rentang
dosis lazim (mg/hari)
|
SSRI
|
||
Citalopram
|
20
|
20-60
|
Escitalopram
|
10
|
10-20
|
Fluoksetin
|
20
|
20-60
|
Fluvoksamin
|
50
|
50-300
|
Paroksetin
|
20
|
20-60
|
Sertralin
|
50
|
50-200
|
SNRI
|
||
Venlafaksin
|
37,5-75
|
75-225
|
Duloksetin
|
30
|
30-90
|
Aminoketon
|
||
Bupropion
|
150
|
150-300
|
Triazolopiridin
|
||
Nefazodon
|
100
|
200-600
|
Trazodon
|
50
|
150-300
|
Tetrasiklik
|
||
Mirtazapin
|
15
|
15-45
|
TCA Amina
tersier
|
||
Amitriptilin
|
25
|
100-300
|
Klomipramin
|
25
|
100-250
|
Doksepin
|
25
|
100-300
|
Imipramin
|
25
|
100-300
|
TCA Amina
sekunder
|
||
Desipramin
|
25
|
100-300
|
Nortriptilin
|
25
|
50-200
|
MAOI
|
||
Fenelzin
|
15
|
30-90
|
Selegilin
(transdermal)
|
6
|
6-12
|
Tranilsipromin
|
10
|
20-60
|
Naah…
seperti itu sekilas tentang depresi mudah-mudahkan bisa menambah
pengetahuan
dan pembendaharaan ilmu yang kita miliki…
Kalau
pembaca ingin lebih banyak lagi belajar mengenai depresi langsung aja ke sumber
ilmu yang saya gunakan.
Anonym, 2007, Pharmaceutical Care Untuk Penderita
Gangguan Depresif, Dep. Kesehatan RI, Jakarta.
Ikawati
sullies, 2012, Farmakoterapi Penyakit Sistem syaraf Pusat, Bursa Ilmu,
Yogyakarta.
Jiwo
tirto, 2012, Depresi : Panduan bagi pasien, keluarga dan teman dekat, Pusat
Pemulihan dan Pelatihan Bagi Penderita Gangguan Jiwa, Jawa Tengah, Indonesia.
Teter,
CJ, Kando, JC, Wells, BG, Hayes, PE, 2008, Depressive disorrder, in DiPiro
(eds): Pharmacotherapy, A
Pathophsyological Approach, 7th edition, McGraw Hill, New York.
Mana nih posting yang lain? keep bloging dong..
BalasHapuseenggeh enggeh,,,, bagus, aq suka..!!!
BalasHapusbaguslah..
BalasHapus