Minggu, 27 April 2014

TEKAB VS IDEALIS


Dear Sobat,
Apoteker TEKAB *teken kabur, ah itu mah udah jadi bahan pembicaraan kronik sejak garam rasanya manis. Banyak yang pro dan tentunya ga sedikit juga yang kontra. Pihak pro tekab mengatakan "ini realita hidup men!!",dilain pihak mengatakan :"gaji dari hasil tekab itu haram bro!!!". Aaaaaaah, entahlah mau sampe kapan polemik ini bakal berakhir. 

Sekedar mengingat-ingat masa kuliah, salah seorang dosen memberikan nasehat kepada kami kira-kira  redaksinya seperti ini " Kalian nanti kalo udah lulus jangan mau jika ada PSA yang ngerayu untuk jadi Apoteker Tekab. Kalo bukan kita siapa lagi yang bakal menghargai atau menyelamatkan nama baik profesi Apoteker". Hmmm, nasehat yang super bagi seorang dosen kepada anak didiknya. Saat itupun saya cuma aguk-aguk tanda merasa paham dengan apa yang disampaikan. 'Mengangguk tanda merasa paham', yaaaa hanya sekedar paham dan tidak lebih dari itu. Di kepala ini saat itu sudah dipenuhi dengan mindset bahwa sebagian besar atau bahkan semua Apotek yang saya tau APA nya adalah tekab. Bahkan dilain tempat dan kesempatan dosen saya juga ada yang Tekab(pada zaman itu, ga tau klo sekarang). Kata hati pun berbicara "aku pengen idealis, tapi ga tau juga nanti". 

Singkat cerita, saat ini saya telah di sumpah menjadi seorang Apoteker. Beberapa bulan yang lalu saya mengikuti test dan lolos ( 24 Desember 2013) menjadi seorang 'abdi negara'. Tak lama dari pengumuman kelulusan tersebut ada seorang APA yang menghubungi dengan maksud agar saya bisa menggantikan posisinya kelak jika ia pindah ke luar daerah (beliau dalam waktu dekat akan pindah ke luar kota). Naaaaah, galau juga tu saya dibuatnya. Tekab, idealis, tekab, idealis, tekab, idealis,tekab,idealis, tekab, idealis dan akhirnya dengan pertimbangan tertentu saya memilih tekab. Tak bisa dipungkiri ada rasa tenang mengenai nasib keuangan saya kelak. "Lumayanlah, gaji 'abdi negara'+gaji tekab" kata hati ini. Sampai akhirnya datanglah suatu kabar dimana ternyata saya tidak jadi untuk menjadi APA karena beberapa alasan baik dari pihak APA yang merekomendasikan saya maupun dari PSA. Sempet syok juga dengarnya. 'Aman'ku telah hilang, lirih saya dalam hati. Untung saja 'sisi kanan' ini langsung mengambil alih: "Ah sudahlah, ini bukan rezqimu". 

Perdamaian dalam diri ini pun terjadi. Kesimpulan sederhana yang saya ambil (berlaku) untuk saat ini bahwa itu memang bukan rezqi saya. Tapi tetap saja meninggalkan pertanyaan besar dalam benak, "apakah ini ada hubungannya dengan TEKAB vs IDEALIS ?????? Entahlah.

Merintis usaha yang ga ada hubungan dengan APA, Apotek, STRA, SIK etc adalah solusi terbaik pada saat ini (menurut saya). Tetap menjalankan tugas sebagai 'abdi negara' dan kemudian dilanjutkan dengan merintis usaha. So, amankan... :)

*mohon maaf jika tulisan saya ada yang kurang berkenan di hati pembaca

0 komentar:

Posting Komentar