Kamis, 18 Juni 2015

Puasa dan Anak Kost

Assalamua’alaikum…
Dear sobat, masih dalam suasana haru soalnya aku masih bisa bertemu dengan bulan Ramadhan tahun ini.  Semoga semuanya menjadi lebih baik lebih baik dan lebih baik. Aamiin.
                Menjadi anak kost, keadaan yang membuat aku mau tidak mau harus mau untuk memilih jalan itu. Menjadi anak kost, bukan hal yang asing dalam hidupku. Menjadi anak kost, dari kuliah hingga kerja. Menjadi anak kost, kalau kata orang enak, bebas, mau kemana-mana terserah kaki melangkah. Tapi kalau menurut aku sih sama aja, secara dari dulu hidup aku sudah bebas sebebas-bebasnya meskipun tinggal bersama orang tua. Orang tua selalu membebaskan kemanapun aku mau pergi. Mau ikut semua kegiatan ekstra di sekolah boleh, mau camping di hutan boleh(hobi banget tu), mau les ke guru mana pun boleh, mau main sesuka hati juga monggo. So, sama aja jadi anak kost sama tinggal dengan orang tua ( Awesome Parents). Kalau ngekost malah semua serba sendiri, tidur bayar, makan bayar (yaaa walaupun dulu tetep aja orang tua yang bayarin).
                Puasa dan Anak Kost. Pengalaman pertama puasa menjadi anak kost sewaktu kuliah di Pontianak. Semuanya serba beli, kecuali nasi. Kalau pas sahur telur dadar hampir menjadi makanan favorit (terpaksa juga sih ). Kuliah selesai pulanglah ke rumah, eeeh  belum aja ketemu bulan puasa udah kuliah lagi ke Jogja. Di tanah Jawa tersebut ternyata aku jadi makin menikmati (manja tepatnya) menjadi anak kost. Semuanya serba ada. Bahkan yang dulu rajin masak nasi jadi jarang (pake banget). Semuanya serba makan di luar. Perkembangan signifikan yang terjadi ketika ngekost di Jogja ketika makan sahur, yang dulunya sewaktu di Pontianak makan dengan hanya telur dadar kalau di Jogja makanannya terbilang lengkap dan menyehatkan. Ada nasi, sayur, lauk dan buah. Orang yang paling berjasa dari lengkapnya makan sahur aku pada waktu itu adalah Ibu Ketering. Setiap subuh ketika bangun makanan  lengkap sudah siap di depan kamar kost (temen yang ngambilin, haha).
                Lain dulu lain sekarang. Dulu anak kost kuliahan sekarang anak kost kerjaan (udah kerja maksudnya). Naaah… sampailah pada inti cerita. Sebenarnya mau cerita detail dari awal jadi anak kost sampai sekarang tapi berhubung memori terbatas jadi cerita yang masih segar aja.
                Bulan Ramadhan 1436 H ini aku puasa di tempat tugas KOTA KECAMATAN KAYAN HILIR (“kota”nya agak maksa). Kayaknya puasa kali ini adalah puasa terunik (nenes lebih tepatnya) versi  25 tahun hidupku. Dari awal sebelum puasa kemarin aku sudah dihinggapi berbagai macam kekhawatiran yang semuanya mengerucut kearah kekhawatiran tentang ‘makanan’. Buka nda ya warung makan (langganan) ? dan gimana makan sahurnya?. Sekedar info, keadaan dapur kost aku sekarang tidak memungkinkan untuk masak  yang ‘macem-macem’ (haha, banyak lapis). Setelah dikonfirmasi ternyata warung makan buka di bulan puasa (bahkan untuk sahur juga) tetapi 2 sampai 3 hari menyambut puasa tutup dulu. *dalam hati* oooh y owes lah ga papa, dua hari ini masak dan makan seadanya aja.
                Malam tarawih pertama tiba. Dari malam udah niat kalau sahur nanti cukup minum air putih saja (dari malam males makan). Waktunya makan sahur tiba, hape berdering ( super mom, boy friend pada nelpon). Masih keukeuh untuk bilang  ke mereka “aku ga sahur, mau minum air putih aja”. Setelah mereka selesai menelpon pikir-pikir ga ada salahnya juga aku makan sahur lagian ada sebungkus mie dan sebutir telur di dapur ( cadangan makan ala anak kost). Akhirnya “oke deh, aku sahur”. Menunya telur goreng dan mie goreng. Bahan dan peralatan siap, kuali yang sudah terisi minyak goreng  siap untuk menggoreng telur (mata sapi jee). Minyak panas, telur siap digoreng. “Preek”!!! (suara mecahkan cangkang telur). Bukan sulap bukan sihir, ternyata telurnya sudah busuk. Berhubung aku orang yang legowo ya sudahlah aku masak mie goreng aja (pasrah). Kuali berisi minyak diganti dengan panci berisi air , ketika air hampir mendidih aku ambil mie untuk siap-siap direbus.  Mujurnya, sebelum buka bungkus mie terlihatlah tanggal ED, bulan Juli 2015. Yaaaaaela itu kan ED nya bulan depan. Untuk memastikan kondisi mie aku pun membuka bungkusnya dan mujurnya lagi mie udah demun alias melempem. Dan untuk lebih memastikan lagi kondisi mie, aku cuil sedikit terus aku makan dan lagi lagi kemujuran berpihak, mie sudah terasa asam. Ga tau asam dari mie atau dari mulutku (secara bangun tidur tanpa sikat gigi, wkwkw). Lagi lagi dengan hati yang legowo akhirnya air yang sudah mendidih aku seduhkan ke dalam cangkir yang telah terisi teh dan gula. Cerita sahur pertama selesai dengan segelas teh panas (lumayanlah).
                Masih di hari yang sama. Waktu berbuka puasa hampir tiba. Sore itu aku berniat main ke komplek puskesmas (ngabuburit) terus pulangnya baru beli makan untuk berbuka. Pulang main aku langsung mencari kue untuk berbuka tapi kok udah pada habis semua. Ternyata aku terlambat. Setelah keliling dapatlah tempat orang jual gorengan, untung aja gorengannya masih. Itupun tinggal bakwan dan harus menunggu karena bakwan sedang digoreng (is ok). Di warung itu niatnya pengen beli teh es tapi ternyata nda ada, yaa sudahlah beli es nya aja terus nanti bikin teh sendiri di kost. Sesampainya di kost, ngerebus air dan membuat teh. Ada yang salah ketika aku menyeduh teh. Gula dan teh aku masukkan dalam sebuah botol plastik M***life dengan pemikiran botolnya kuat karena air yang aku rebus ga sampai mendidih (hangat-hangat rambut). Daaaan ternyata dugaanku salah, botol meleot kepanasan. Cerita berbuka puasa pertama selesai dengan sebotol teh es yang meleot dan bakwan.

Sekian  ^_^  

2 komentar:

  1. Izin promo ya Admin^^
    bosan tidak ada yang mau di kerjakan, mau di rumah saja suntuk,
    mau keluar tidak tahu mesti kemana, dari pada bingung
    mari bergabung dengan kami di ionqq^^com, permainan yang menarik
    ayo ditunggu apa lagi.. segera bergabung ya dengan kami...
    add Whatshapp : +85515373217 ^_~ :))

    BalasHapus